
Purwokerto, Juli 2025 - Dalam upaya mewujudkan lingkungan kampus yang inklusif dan mendorong kesetaraan komunikasi, Departemen Keilmuan Himabisi KIP-K Universitas Jenderal Soedirman (Unsoed) telah sukses menyelenggarakan Kelas Bahasa Isyarat Unsoed 2025. Program edukatif ini bertujuan untuk membekali mahasiswa dengan kemampuan dasar Bahasa Isyarat Indonesia (Bisindo), sekaligus meningkatkan kesadaran akan pentingnya komunikasi inklusif, khususnya dalam berinteraksi dengan teman Tuli.
Kegiatan yang berlangsung selama dua minggu ini dibagi menjadi beberapa tahapan pembelajaran yang sistematis. Diawali dengan sesi pembekalan pada 28 Juni 2025 di Pendopo PKM Unsoed, peserta diperkenalkan pada alur kegiatan serta tujuan pembelajaran bahasa isyarat. Materi kemudian dilanjutkan dengan tiga hari kelas intensif pada 5-7 Juli 2025 di Ruang B201-B202 Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) Unsoed. Hari pertama difokuskan pada pengenalan dasar Bisindo dan fingerspelling abjad, hari kedua membahas ekspresi emosional dan kata tanya, sementara hari ketiga mengajarkan kosakata terkait aktivitas sehari-hari dan perkuliahan.
Yang menjadi highlight acara adalah sesi implementasi pada 10 Juli 2025 di Bale Apung Taman Maskemambang, dimana peserta berkesempatan berinteraksi langsung dengan komunitas Tuli. Dalam sesi ini, mahasiswa mempraktikkan materi yang telah dipelajari melalui diskusi dan berbagi cerita, menciptakan pengalaman belajar yang bermakna sekaligus membangun empati.
Kegiatan ini melibatkan berbagai pihak yang berperan aktif. Pengurus Himabisi KIP-K Unsoed periode 2025/2026, khususnya Departemen Keilmuan, bertindak sebagai penyelenggara utama yang merancang seluruh rangkaian acara. Sebanyak 30 mahasiswa Unsoed dari berbagai fakultas terdaftar sebagai peserta. Sementara itu, komunitas Batir Isyarat Banjoemas (BIB) hadir sebagai mentor yang membimbing peserta dalam mempelajari Bisindo dengan metode interaktif.
Menurut Talita Safa Nur Azmi selaku Project Officer, program ini merupakan respon atas pentingnya menciptakan lingkungan yang ramah bagi semua kalangan. "Kami ingin menghilangkan hambatan komunikasi antara mahasiswa dengar dan tuli. Dengan belajar Bisindo, mahasiswa tidak hanya mendapatkan skill baru, tapi juga menjadi bagian dari solusi menciptakan kampus yang lebih inklusif," ujarnya. Antusiasme peserta terlihat sejak pembukaan hingga penutupan acara. Banyak peserta mengaku mendapatkan pengalaman baru yang berharga. "Awalnya saya kesulitan mengingat gerakan isyarat, tapi setelah praktik langsung dengan komunitas Tuli, saya jadi lebih percaya diri menggunakan Bisindo," tutur salah satu peserta. Dukungan dari berbagai pihak, termasuk Biro Kemahasiswaan Unsoed dan komunitas Tuli setempat, turut menjadi faktor kesuksesan acara ini. Ke depannya, Himabisi KIP-K Unsoed berencana menjadikan program ini sebagai agenda tahunan dan memperluas jangkauannya ke masyarakat umum.
Dokumentasi kegiatan KBI 2025